Rabu, 23 Maret 2016

Makalah Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Dalam konteks globalisasi pendidikan di Indonesia perku menbiasakan anak- anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat diantar bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depa bangsa, akan tetapi pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastika reformasi bangsa sudah nerjalan sesuai degann tujuan dan berada pada rel yang tepat.
Sebagai suatu entinitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan diberbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pemgetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebalinya, kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini.
Masyarakat modern tidak hanya membutuhkan pendidikan sains da teknologi, tetapi juga harus diimbangi dengan pendidikann keimanan, ibadah dan akhlak karena semakin instennya terjadi kemorosotan akhlak dikalangan anak-anak mereka karena terpengaruh oleh arus era globalisasi sebagai ancaman atau sebagai tantangan, dan persiapan yang matang dalam menghadapi era globalisasi. Dalam era globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuha pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalai dengan akan diterapkannnya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menadi budak di negeri sendiri.

Persainga untuk menciptakan negara yang kuat terutama dibidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi didunia, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan ketrampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kunciny adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat di Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat di Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan. Dalam hal ini untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.

2.     Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalh ini:
1.      Bagaiman memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan?
2.      Apa kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan di Indonesia?
3.      Apa penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
4.      Cara penyesuaian pendidikan di Indonesia pada era globalisasi

3.     Tujuan

1.    Untuk mengetahui  dampak globalisasi terhadap pendidika dunia pendidikan
2.    Untuk mengetahui kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan di Indonesia
3.    Untuk mengetahui penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi
4.    Untuk mengetahui cara menyesuaikan pendidkan di Indonesia pada era globalisasi




BAB II

LANDASAN TEORI

Banyak orang yang mempertanyakan tentang kontradiksi antar pendidikan globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang yang beragumentasi bahwa dunia pendidikan adalah untuk anak-anak bukan untuk menjadi lahan untuk meraih keuntungan. Pertanyaan yang lebih ekstrim adalah apakah dalam situasi globalisasi masihkah dunia pendidikan tersedia dan menguntungkan kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengeyam bangku sekolah membuat hanya segelintir anak-anak yang mampu mengayamnya.
James Tooley, PhD mengatkan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang bergerak dipasar pendidikan diseluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang terbaik bahkan bagi kaum miskin (2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan,  yang menunjukkan bahwa anggapan bahwa sekolah-sekolah swata melayani kebutuhan sejumlah kecil orang kaya adalah adalah suatu asumsi yang keliru. Persaingan yang terjadi antara sekolah-sekolah swasta tersebut bukan hanya diantar biaya semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah sekolah swasta tersebut bahkan telah menjankau wilayah wilayah kumuh yang semula enggan didatangi oleh sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja pemerintah acapkali tidak mengakui keberadaan sekolah sekolah swasta.
Akbar S. Ahmad dan Hasting Donnan yang memberikan batasan bahwa globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi komunikasi, trsnformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (menjadi hal-hal) yang bisa dijankau dengan mudah.





BAB  III

PEMBAHASAN

3.1 KASUS

Tiap negara memiliki strategi dalam menghadapi globalisasi, sehingga dampak integrasi dan globalisasi beragam. Posisi sebuhah negara bisa diketahui dalam indeks, globalisasi yang didukur dengan beberapa indikator seperti konektifitas global, integrasi, dan ketergantungan pada ruan ekonomi, sosial dan ekologi.
Ada lia katagori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima katagori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing unsur yang khas.
1.      Globalisasi sebagai internasional
Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar sebuah kata sifat (adjective) untuk menggambarkan hubungan antar batas dari berbagai negara.
2.      Globalisasi sebagai liberalisasi
Dalam pengertian ini globalisasi merujuk pada sebuah proses penghapusan hamabatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa batas.
3.      Globalisasi sebagai universalisasi
Dalam konsep ini global digunakan dengan pemahaman bahwa proses mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebarab berbagai objek dan pengalaman kepada semua orang keseluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet.
4.      Globalisasi sebagai westermisasi atau modernisasi
Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, dimana struktur-struktur sosial modenitas (kapitalitas, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak selfdetermination rakyat setempat.
5.      Globalisai sebagai penghapus batas-batas teritorial
(atau sebagai persebaran supra-teritorialitas) ‘Globalisasi’ mendorong ‘rekonfigurasi geografis, sehingga ruang sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak tetitorial, dan batas-batas tetitorial.’ A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial global yang menhubungkan komunikasi lokal sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan yang jauh dipengaruhi oleh pristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya.
Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak globalisasi terhadap globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu. Tuntuttan pasar ini mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk penyesuaian program studi, kurikulum, manajemen dan lain-lain.
Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda kita bisa membuat sebuah generalisasi bahwa kata kunci dari globalisasi adalah kompetisi. Kalau sudah menyangkut kompetisi, maka kita mesti memperhatikan salah satu faktor penenru dalam kompetisi yaitu ketangguhan sumber daya manusia (SDM) yang merupan output dari pendidikan. Oleh karena itu, relevansi antar pendidikan nasioanal dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak dampak tetapi juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi adalah sebagai sebuah proses yang tidak bisa proses yang tidak bisa diputar mundur dan terus bergukir yang menentang dunia pendidikan kita.

3.1.1 Kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan indonesia

Berbicara masalah pendidikan di Indonesia adalah membahas hal yang sangat luas dinamis, fluktuatif, dan relatif. Oleh karena itu kita, hanya bisa mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia ‘gagal’ secara kategoris. Sebenarnya pendidikan di Indonesia telah banyak menghasilkan tokoh-tokoh nasional dan output yang brilyan dan kompetitif dari masa ke masa. Kalau digeneralisasi bahwa dunia pendidikan kita sudah gagal, maka Republik ini sudah lam bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi ’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengahyang dalam periode 1996-1997 sering dikena sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah Sekolah menengah atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU plus.

3.1.2 Keadaan buruk pendidikan di Indonesia

A.    Paradigma Pendidikan Nasioanal yang Sekuler – materik
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yan berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekuler materistik. Hal ini dapat terlihat antar lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab V1 tetang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum), pasal 15 yang berbunyi: jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, propesi, advokasi, keagamaan, dam khusus dari pasal ini dampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan seperti ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang soleh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, serukalisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui Madrasah, institusi agama yang dikelola oleh Departeman agama. Sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umu dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekedar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.

3.1.3 Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimayyang sering terlontar dikalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengeyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman kanak-Kanak (TK)  Sampai perguruan tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidkan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menetapkan MBS (manajemen berbasis sekolah), dimana Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melalukan mobilitas dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan orgen MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha, asumsinya, pengusaha memiliki akses model yang lebih luas.  Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk , segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak transparan . karna komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah
            Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RRU tentang badan hukum pendidikan  (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk badan hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomi dan politisi amat besar, dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah  dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosonya tidak jelas.

3.1.4 Kualitas SDM yang Rendah

            Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang  masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim keluar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
            Disamping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan dibeberapa daerah di Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1, berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP, dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.
            Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non formal.

3.1.5 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Gloalisasi

Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dala globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian diatas kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan disini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal disekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih berhati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakinn besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi pernanan keluarga ini kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif ditengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaiang diatas gelombang globalisasi ini. 
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategi(strategi), dan leadership (kepemimpinan). Tanpa it semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yan terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untu mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.

3.2 PEMECAHAN MASALAH

Salah satu kebijakn pendidikan  adalah terlaksananya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang sekarang sudah menuju wajib belajar 12 tahun. Keberhasilan implementasi kebijakan ini mempunyai dampak strategis sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
            Keberhasilan wajib belajar ini dapat dilakukan melaluai berbagai kegiatan seperti pembanguna sekolah terbuka, penyuluhan dan sebagainya. Tetapi upaya penuntasan wajar tersebut masih dihadapkann kepada berbagai kendala sehingga belum mencapai hasil yang optimal.kondidi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekonomi, sosial, budaya, ketidakmampuan akademik bahkan mungkin faktor ketidaktahuan tentang berbagai aspek mengenai kemudahan dalam pendidikan.
           
           







BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan terlihat 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Kedua globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pendidikan Indonesia menghadap globalisasi belum siap karena indonesia menempati posisi ke 122 dari 174 negara. Salah satu bukti ketidaksiapan SDM kita bersaing secar global adalah level jabatan TKI kita diluar negeri rata-rata pekerja kasar, hanya sebagai kecil sebagai pekerja propesional, dan lebih sedikit lagi pada level pimpinan.
Kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia sudah gagal, maka republik ini sudah lam bubar. Sala satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang  berprestasi khususnya pada jenjang menengah.


4.2 SARAN

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia. Sebagus apapun konsep perubahan kurikulum tanpa diimbangi dengan optimalnya peran stakeholder pendidikan, hal itu tidak akan banyak membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban bangsa.







DAFTAR PUSTAKA

Azizy,qodry. 2004. Melawan gobalisasi. Yogyakarta: pustaka pelajar
Idrus, Dr. Ali. 2009. Manajemen pendidikan global (visi, aksi dan adaptasi). Jakarta: Gaung Persada Press

http://nurullah94.blogspot.com/2013/02/pengaruh-globalisasi-terhadap.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar