Rabu, 19 November 2014

Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia


Periodisasi
            Periodisasi perkembangan di Indonesia dapat di bagi menjadi periodisasi sejarah Indonesia, misalnya zaman V.O.C dan penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang , dan zaman kemerdekaan. kemudian zaman kemerdekaan dengan pengaruh Belanda, zaman kemerdekaan di bawah orde lama dan terakhir zaman kemederkaan di bawah orde baru.
1. zaman VOC
            Sebelum bangsa Eropa : Portugis,Spanol, dan Belanda masuk ke Indonesia, transaksi dagang di lakukan secara barter, dengan cara ini tidak di lakukan pencatatan.
Pada waktu orang – orang Belanda datang ke Indonesia kurang lebih akhir abad ke – 16 dengan tujuan dagang, kemudian perserikatan maskapai Belanda yang kita kenal dengan  Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) didirikan pada tahun 1602,sebagai peleburan dari 14 maskapai yang beroperasi di Hindia Timur. Selanjutnya, VOC membuka cabangnya di Batavia pada tahun 1619 dan di tempat – tempat lain di Indonesia dan di bentuk jabatan Gubernur jendral untuk menangani  urusan – urusan  VOC. Akhir abad ke 18 VOC mengalami kemunduran dan VOC di bubarkan pada tanggal 31 desember 1799.
Dalam kurun waktu itu, VOC memperoleh hak monopoli perdangan rempah – rempah yang di lakukan secara paksa di Indonesia, di mana jumlah transaksi daganagnya, baik frekuensi maupun nilainya dari waktu ke waktu semakin bertambah besar,sehingga pada waktu itu bisa di pastikan bahwa orang – orang dan maskpai Belanda telah melakukan pencatatan atas mutasi transaksi keuangannya.
Dalam hubungan itu, Ans Saribanon Sapiie (1980),mengemukakan bahwa menurut Stible dan Stroomberg, bukti otentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang pertengahan abad ke 17.
Hal itu, ditunjukan dengan adanya sebuah intruksi Gubernur jendral VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang,pinjaman – pinjaman, dan jumlah uang yang di perlukan untuk pengeluran (eksploitsasi) garnisum – garnisum dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.
Hal – hal yang yang menarik dengan metode pembukuan pada zaman penjajahan ini adalah pengaruh dari bangsa – bangsa atau keturunan asing lain di Indonesia. Pada awal abad ke 20 (masih di zaman penjajahan) perusahaan – perusahaan Belanda masuk ke Indonesia di ikuti pula oleh kantor – kantor akuntan mereka.Sapiee mencatat kedatangan kantor – kantor akuntan Belanda pada tahun 1918 sampai tahun 1941. Setelah kemerdekaan (1946) kantor – kantor akuntan Belanda ini beroperasi di Indonesia sampai dengan tahun 1958.
2. zaman pendudukkan Jepang
            Dalam masa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945, banyak orang Belanda yang di tangkap dan di masukkan kedalam sel – sel oleh tentara Jepang,sehingga terjadi kekurangan tenaga pada jawatan – jawatan Negara termasuk  Kementrian Keuangan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursus – kursus pembukuan  pola belanda dengan tenaga pengajarnya antara lain : JE. De I duse, Akuntan, Dr. abutari,akuntan, J.D. Masie dan R.S koesoemoputro.
Sejalan dengan itu, maka kondisi pembukuan dalam masa pendudukan Jepang  tidak mengalami perubahan yang berarti, tetap menggunakan huruf Kanji, namun tidak di ajakan kepada orang – orang Indonesia ( Soemardjo, 1982).
3. zaman kemerdekaan
            Kondisi praktik dan perkembangan akuntansi dalam zaman kemerdekaan terjadi dualism, pada awalnya masih berdasarkan pada pola Belanda (continental) dan masa berikutnya berorientasi pada pola amerika (anglo saxon) sampai sekarang termasuk pengembangan dunia pendidikan tinggi.
Ada beberapa peristiwa penting pada permulaan zaman kemerdekaan. Pertama – tama tenaga akuntan Indonesia mulai didik lewat pendidikan universitas ( di FakultasEkonomi Universitas Indonesia).
Empat akuntan lulusan pertama FEUI dan 6 lulusan Belanda, Prof.Sumardjo merintis pendirian Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) tanggal 23 Desember 1957. Pada tahun yang sama pemerintah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan – perusahaan milik Belanda. Hal ini menyebabkan akuntan – akuntan Belanda kembali ke negrinya dan pada saat itu akuntan Indonesia semakin berkembang. Perkembangan itu semakin pesat setelah Presiden meresmikan kegiatan pasar modal 10 Agustus 1977 yang membuat peranan akuntansi dan laporan keuangan menjadi penting. Bulan Januari 1977 Mentri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 43/1977 Tentang Jasa Akuntan menggantikan Kepmenkeu 763/1968. Selain mewajibkan akuntan publik memiliki sertifikat akuntan publik, juga akuntan publik asing diperbolehkan praktik di Indonesia sepanjang memenuhi syarat.
Akuntansi masa kini telah berkembang dalam tahap masa kedewasaan menjadi suatu aspek integral dari bisnis dan keuangan global. Keputusan yang berasal dari data-data akuntansi, pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi internasional menjadi sangat penting untuk mendapatkan interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis internasional.
Sejarah akuntansi dan akuntan, memperlihatkan perubahan yang terus menerus secara konsisten. Pada suatu waktu, akuntansi lebih mirip sistem pencatatan bagi jasa-jasa perbankan tertentu dan bagi rencana pengumpulan pajak. Kemudian muncul pembukuan double entry untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan usaha perdagangan. Saat ini akuntansi beroperasi dalam lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional. Akuntansi menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional.
A. Orde lama
            awal pemerintahan orde lama di tandai dengan pengambilan alih perusahaan – perusahaan Belanda, kembalinya para akuntan ( praktek) maupun tenaga pengajar belanda. Universitas Indonesia bekerja sama dengan University of California (Barkeley) mulai menerima tenaga – tenaga pengajar dari Amerika Serikat. Kedatangan tenaga – tenaga pengajar dari Amerika serikat ini tentunya membawa pola pemikiran dan pendekadatan baru.
B. orde baru
            Orde baru di bidang perekonomian di tandai dengan masukknya perusahaan – perusahaan penanaman modal. Mereka membawa praktek – praktek akuntansi dari negara mereka dan khususnya perusahaan – perusahaan Amerika memberikan perangsang bagi masuknya kantor – kantor akuntan asing.
            Perlunya kita mempunyai prinsip – prinsip akuntansi ( di samping kode etik dan norma pemeriksa akuntan ) sangat terasa pada zaman ini, terutama sewaktu pemerintah menyiapkan pengaktiva kembali pasar modal. Pada Agustus 1972 Badan Pembinaan Pasar Uang dan Modal membentuk Panitia Penghimpunan Bahan – Bahan dan struktur daripada Generally Accepted Accounting Principles dan Generally Accepted Auditing Standard.panitia ini kemudian menghasilkan konsep prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan ( yang di dasarkan atas SAP No 33). Dalam kongres ke III Ikatan akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan yang berlaku di Indonesia.
            Hasil kongres ke IV Ikatan Akuntansi Indonesia tersebut selanjutnya menjadi bahan penting bagi praktek akuntansi di Indonesia. Ini terlihat dalam berbagai peraturan perpajakan. Kongres ke IV Ikatan Indonesia tanggal 2 oktober 1982 memberikan  suatu daftar mengenai hal – hal yang perlu di tambahkan pada prinsip – prinsip yang sudah ada, yaitu :
1. akuntansi untuk transaksi dan pejabaran mata uang asing
2. biaya bunga
3. biaya – biaya sebelum masa operasi dan sebelum masa komersil
4. koreksi – koreksi masa lalu dan hal – hal yang luar biasa
5. biaya emisi saham dan obligasi
6. akuntansi untuk tanah, biaya perolehan dan nilai bukunya, termasuk akuntansi tanah untuk real estate
7 akuntasi untuk leasing
8 akuntansi untuk pajak perseroan
9. akuntansi dan sistem pelaporan untuk perusahaan yang menghasilkan minyak dan gas
10. persoalan – persoalan yang di sebutkan dalam International Acounting Standard (IAS) no : 1-19       sepanjang yang belum di sebut di atas
11. akuntansi untuk dana dan biaya pension
12. akuntansi untuk masalah inflasi
Ø  Penyusuaian kepada tingkat harga
Ø  Revaluasi aktiva tetap

13. dan lain – lain, seperti : akuntansi untuk perusahaan pertambangan, asuransi, real estate, tanaman keras
a. Pola Belanda dan pola Amerika

            Perkembangan teori akuntansi di Indonesia dapat di bagi menjadi tiga zaman sebagai berikut : zaman dengan “pola Belanda”, zaman transisi, dan zaman dengan “pola Amerika”.
            Teori akuntansi di bawah “pola Belanda” merupakan sub ekonomi perusahaan, sekarang yang di sebut belakangan ini merupakan subteori dari ilmu ekonomi. Pendekatan ini sering di anggap terlalu kaku, teoritis dan sulit di terapkan. Konsep – konsep ilmu ekonomi sangat mewarnai teori akuntansi dengan “pola Belanda” ini.
            Teori akuntansi dengan “pola Amerika” bersifat praktis. Masalah – masalah yang di hadapi dalam praktek langsung di carikan jawaban atau penyelesaiannya. Jika jawaban ini telah di temukan makan jawaban ini dapat di pakai oleh banyak perusahaan. Di terimanya jawaban – jawaban ( terhadap masalah praktek) secara umum menjadi batu ujian bagi keabsahannya.
            Indonesia juga mengalami masa transisi antara kedua pola itu yakni dimana pendidikan untuk tenaga – tenaga pembukuan di tingkat menengah menggunakan “pola Belanda”.sedanagkan akuntansi menggunakan “pola Amerika”. Perbedaan ini semakin lama semakin berkurang karena “pola Belanda” dalam pendidikan (misalnya untuk guru SMEA) dig anti dengan “pola Amerika”.
b. Kerjasama luar negeri
             Meskipun hasil konkrit dari kerjasama luar negeri terhadap teori akuntansi Indonesia belum ada, perlu di catat adanya kerjasama dan pertukaran informasi antara Ikatan Akuntansi Indonesia dengan badan – badan di luar negeri seperti Asean Federation of Accountans (AFA) dan Confederation of Asian and Pacific Accountans.
            Kerjasama luar negeri yang tentunya akan membawa corak kepada perkembangan teori akuntasi di Indonesia adalah melalui kerjasama akuntan – akuntan Indonesia dengan akuntan asing. Didalam memeriksa perusahaan di idnonesia yang mempunyai induk di perusahaan luar negeri, kantor akuntan di Indonesia perlu mengenal konsep – konsep yang di anut dalam proses konsilidasi. Melalu kerjasama seperti inilah khasanah prinsip – prinsip akuntansi Indonesia juga dapat di perkaya.
c. Mencari Bentuk dan isi Khas Indonesia
            dari uraian di atas dapat di lihat bahwa prinsip akuntansi Indonesia maupun perkembangan selanjutnya bersifat peng-Indonesianisasian dari “pola Amerika” dan merupakan hasil kompromi (misalnya kompromi antara segi akuntansi dengan kepentingan – kepentingan perpajakan atau antara segi – segi akuntansi dengan pasal 47 kitab undang – undang hukum dangang). Penalaran deduktif dan induktif belum tercrmin dalam prinsip akuntansi Indonesia yang lebih banyak bersifat pendekatan praktis.

            Akuntansi juga tidak steril dari keadaan lingkungan ekonomis, sosiologis, budaya, psikologis dan politik. Oleh karena itu pengkajian empiris mengenai konsep – konsep akuntansi yang khas bagi Indonesia merupakan proses yang sangat penting kearah pencarian bentuk dan isi teori akuntansi Indonesia.

Daftar pustaka

Dra. Musfiana.bahan ajar teori akuntansi.Banda Aceh.Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Syiah kuala.2014.
Rosjidi.Teori Akuntansi.Jakarta.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.1999.

2 komentar: